Minggu, 07 Oktober 2018

Dissapeared

"Hai apa kabar?" Tanyaku dalam hati. Menerawang. Menatap. Melihatnya yang sekarang sudah menjadi bayangan, tak bisa digenggam, di gandeng lagi. Hanya semu

Dulu sedekat nadi, sejauh matahati. Sekarang! Jauh. Sangat jauh, bahkan untuk menyapa pun sulit. Ahaha! Bukan menyapa lebih tepatnya menatap pun sulit. Aku menatapnya, tapi dia tidak. Aku ingin tersenyum padanya tapi dia tidak.

Dulu. Dia begitu mudah kudapatkan. Sekarang, mendapatkannya lagi seperti fenomena matahari dari barat. Sulit. Walaupun nanti akan terjadi.

     ♡♡♡

Tempat itu, di salah satu sudut kota kecil. Tempatnya sebuah pantai kumuh, yang berserakan sampah, ikan ikan busuk, serta pedagang yang kurang higenies. Disitu, duduklah seorang perempuan diatas batu, pemecah gelombang ombak. Dia berniat untuk menikmati senja. Menenangkan pikirannya, mententramkan hatinya, melunakkan kebencianya. Orang bilang, bahwa senja can make me to be better. Bukankah dia malah akan tambah mengingat kenangannya? Apalagi ini dengan semua mengenai alam. Hujan. Senja. Gerimis. Bukankah jika diingat akan menyakitkan.

"Orang lagi galau, kok malah lihat senja. Bukannya malah tambah mengingat kenangannya. Aneh." Ucap seseorang yang lewat, tapi aku tidak menggubrisnya.

Jika kalian bertanya, mengapa aku tak ada hubungan lagi dengannya? Ku tanya dia karena sudah bosan, sudah ingin mencari lagi. Tapi yang aku tahu, dia belum menemukan yang baru seperti aku. Jika kalian bertanya, apa aku masih mencintainya? Jawabannya rasa tak bisa hilang dengan sendirinya. Biarkan dia perlahan berbaur hilang dengan waktu.

Perlahan dia mulai terbiasa dengan semuanya. Dia belajar untuk lebih maju, lebih menghargai seseorang, lebih belajar to be better. Dia sekarang telah kehilangan yang dia punya selama ini, tapi ini bukan kesalahannya. Ini salah mereke kedua, harusnya mereka harus lebih menghargai sesama.

 ♡♡♡

Koridor kampus itu menampakkan seorang laki laki, sebut saja "Dia" namanya. Dari jarak radius meter, aku melihatnya tertawa bahagia bersama teman temannya. Sungguh! Aku merindukan tawa itu. Ku lihat dia berjalan ke arahku, sikapku biasa saja. Benar kan! Dia tak pernah menatapku, dia lewat begitu saja di sebelahku. Aku juga sama seperti dia. Anak jaman sekarang menyebutnya dengan nama "Jual Mahal"

Ku arahkan kaki ke menuju kantin, inginku membeli sesuatu yang segar. Yang enak untuk dimakan, yang segar untuk di minum yaitu Sepiring batagor dan satu botol Aqua dingin. Setelah selesai ku arahkan kaki ini untuk menuju gerbang, aku akan pulang kerumah. Setelah sampai di sebuah halte, ku tunggu bus yang akan lewat. 5 menit, 10 menit, 15 menit tak ada satupun yang lewat. Akhirnya ku telpon mamaku untuk menjemputku, tapi dia tidak bisa karena masih ikut arisan di komplekku.

Akhirnya ku paksa untuk menunggu bus sendiri, tapi suara motor yang berasal dari dalam gerbang sekolah membuatku menengokkan kepala. Dia akan pulang, dengan menggunakan motornya. Dulu aku yang selalu duduk di jok belakang. Dia melihatku, aku juga melihatnya. Respon kita tetap sama, seperti yang sudah aku katakan pada kalian. Ku lihat sorot matanya, membuatku bertanya tanya. Dia seperti ingin bilang sesuatu. Tapi tidak mungkin lah. Dia meninggalkan sekolah, menyisakan aku dengan air mata yang akan turun ke pipi. Kenangan itu datang lagi, membuatku sulit melupakannya. Maaf. Aku belum bisa melupakanmu.

Setelah beragumen dengan pikiran yang hanya dia, aku mencoba membuka handphone. Niatku ingin naik gojek saja, kenapa tidak daritadi. Tapi saat aku ingin membuka aplikasi-nya. Suara itu datang lagi, setelah sekian bulan aku tidak mendengar suaranya, dia berkata lagi.

"Pulang denganku" ucapnya dengan melihat kearahku. Dia memintaku pulang dengannya, yang benar saja? Tapi mungkin niatnya hanya kasihan padaku, maka dari itu dia mengajakku pulang.

"Aku pulang denganmu?" Tanyaku dengan sedikit gugup tapi ku tahan

"Iya, cepatlah. Hujan akan turun" ucapnya.

Ah! Dan dia benar, langit berwarna gelap, menandakan bahwa hujan akan turun. Sekarang yang kurasa hanya gemercik air kecil yang mulai jatuh ke tanah.

"Kau tak apa pulang denganku?" Tanya ku lagi

"Ya tak apa, memang kenapa?" Ucapnya penasaran

"A- Aku, aku menunggu bis saja" ucapku lagi

"Pulang denganku, tak kan ada bis yang lewat" ucapnya memastikan, walau menurutku sedikit memaksa. Hahaha.

"Baiklah" ucapku mengalah, sebenarnya bukan mengalah hanya saja benar apa yang dia katakan. Aku takut tak ada bis yang lewat.

Di perjalanan kita sama sama hening, ingin ku bertanya tapi malu.

"Kamu masih ingat rumahku?" Tanyaku, debenarnya aku malu tapi jika terus terusan diam itu lebih membuatku canggung plus plus.

"Aku masih ingat semua tentangmu." jawabnya. Oh tidak! Apa maksudnya. Aneh. Runtuk ku dalam hati

"Kamu tahu gak, hewan apa yang gak punya jenis kelamin perempuan?" Tanya dia, aku tahu dia hanya mencairkan suasana agar tidak hening.

"Lawakanmu itu gak ada kemajuan tahu, dari dulu itu terus" kataku sebal

"Jika begitu, berarti kau masih ingat tentang aku."

"Bukan seperti itu maksudku, kamu mah" ucapku sebal

"Hahaha. Kamu malu mengakui yang sejujurnya" ucapnya dengan tertawa kecil. Aku hanya mencubit pinggangnya karena lawakan receh yang unfaedah seperti itu.

Kita berdua diam, diatas motor-nya. 5 bulan terakhir aku duduk dimotor ini, dan sekarang aku juga. Ini untuk pertama kalinya aku duduk disini lagi.

"Kita pergi ke suatu tempat dulu ya"

"Kemana?" Tanyaku bingung

"Ikut saja" ucapnya

Motor miliknya berjalan, aku seperti pernah ke tempat ini. Saat sampai, benar, aku sudah oernah ke tempat ini. Tempat dimana dia mengukir janji bersamaku tiga tahun lalu.

"Ke sini untuk apa?" Tanyaku yang sangat penasaran mengapa dia membawaku kesini

"Untuk memperbaiki semuanya, aku ingin semuanya selalu baik baik saja. Aku dan kamu tetap menjadi kita. Selalu bersamaku, sampai kapanpun. Mungkin aku salah dulu, tapi aku akan memperbaikinya sekarang. Kamu mau?" Ucapnya, membuat ku ingin menangis. Jika aku kedip sekali lagi kupastikan air bening di mataku akan turun.

"Tidakk, aku tidak mau" ucapku sambil menangis "tidak mau menolak" sambungku di susuli tawa ringan

Lalu dia memelukku~

Ini kisah kita. Kisah cinta rumit, malah lebih dari rumit yang di potret di sudut kota Magelang, di saksikan senja yang akan berpisah. Kukira perginya tak kan kembali, tapi dia menemukan jalan pulang lagi. Terima kasih! Kau selalu ku tunggu sampai waktu merasa bosan melihatku menunggumu.

A

 Daun-daun kering dari dari sebuah pohon yang telah berpuluh-puluh tahun tertanam di depan sebuah SMA 1 Kudus. Sekolah tua yang sudah cukup ...