Sabtu, 25 Agustus 2018

Manusia dan Beribu Alasannya

Bandung, 12 Agustus 2017

Waktu itu aku sedang duduk di pinggiran pusat oleh oleh Kota Bandung di Cihampelas. Aku duduk bersama keluargaku sambil menikmati makanan Oncom. Tau Oncom? Seperti tempe tapi tidak sama seperti tempe. Aneh. Tapi sejenisnya lah. Aku duduk memakan Oncom sambil bermain Handphone, ku lihat kanan kiri sangat ramai. Wisatawan dari luar kota, bahkan Turis pun ada. Sangat ramai, maklumlah ini kan pusat oleh oleh.

"Mba minta mba minta" suara itu adalah suara pengemis. Mengapa masih ada pengemis di Kota besar seperti Bandung ini? Padahal teknologi di kota ini sudah berkembang. Aku hanya menghiraukannya saja bersikap masa bodo. Pakaian sangat kusut,  dia berjilbab tapi jilbabnya miring miring. Tapi dia masih terlihat muda, tebakanku dia masih berumur 30 atau 40an. Tapi percayalah dia memang masih terlihat muda walau tertutup dengan pakaian kusutnya

"Mba mba, minta mba" ucap pengemis itu lagi sambil mengadahkan tangan ke arahku. Bukan. Dia bukan berdoa kepadaku, tidak malah. Lebih tepatnya dia meminta sedikit recehan uang kepadaku. Mungkin bisa jadi aku orang pertama yang dimintai uang recehan itu.

Kenapa dia harus meminta padaku? Bahkan orang lain pun ada banyak yang duduk di pinggiran Cihampelas itu. Apa karene wajahku terlihat seperti baik padanya? Padahal tidak. Bahkan di sebelahku ada ibuku, mengapa dia mintanya padaku? Aku berniat tak memberikannya uang, tapi ku lihat sorot mata pengemis itu aku langsung merasa kasihan. Lalu ku ambil uang seribu koin dari dalam tasku, saat aku akan memberinya. Ibuku langsung mencegahku.

"Maaf mba maaf". ucap ibuku mencegahku memberi uang. Pengemis itu tahu maksud ibuku. Lalu pengemis itu pergi dari hadapanku dan ibuku. Ku lihat raut sedih di wajahnya.

"Kenapa ibu tak memberi ku izin memberinya uang?" Tanyaku penasaran pada ibuku

"Kalo ibu mengizinkanmu, malah pengemis itu merasa senang" ujar ibu

"Senang kenapa?" Tanyaku penasaran lagi

"Dia akan ketergantungan seperti itu pada orang lain, di hidupnya hanya akan meminta minta. Dia hanya berpikir bahwa meminta minta saja bisa menghasilkan uang. Dia tidak akan ada niatan untuk bekerja. Ibu juga merasa kasihan pada pengemis itu, tapi memang seperti itu dia hanya akan meminta minta saja" ucap ibu memberitahuku. "Padahal bisa saja dia bekerja, menjadi buruh, membuka usaha sendiri, menjadi asisten rumah tangga. Mengapa harus meminta minta? Lainnya juga masih banyak, dia mungkin sudah menyerah dengan hidupnya, dia tidak akan tahu namanya perjuangan yang sesungguhnya"

"Lalu kenapa orang bisa jadi pengemis?" Tanyaku penasaran lagi.

"Ibu yakin mereka tidak pernah berusaha, mereka mungkin hanya bolak balik di Cihampelas untuk meminta minta. Tidak ada niatan usaha, semangatnya sudah pupus" ujar ibu padaku

"Apa ibu gak merasa kasihan pengemis itu?" Ucap aku penasaran lagi

"Ibu sebenarnya kasihan, tapi dengan ibu memberi uang pada mereka. Sama saja ibu membuat mereka malas berusaha." Ujar ibu lagi. "Mungkin saja mereka disini meminta minta, tapi di kampung hidupnya cukup berada. Punya harta yang dibeli dari hasil mengemis disini"

Mengapa mencari uang harus dengan mengemis? Mereka hanya terlalu banyak alasan untuk bekerja. Tidak mau lah, tidak berusaha lah, tidak mendapatkan pekerjaan lah. Seperti tidak ada pekerjaan lain yang membuat hidupnya kepepet. Bekerja apapun banyak, yang penting halal. Selama kita berusaha, kita pasti mendapatkannya. Toh usaha tidak pernah mengkhianati hasil kan.

Look you, Nabila. Orang yang tidak memberi uang receh kepada pengemis karna sudah mendengar wejangan dari sang ibu tercinta dengan alasan yang logis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A

 Daun-daun kering dari dari sebuah pohon yang telah berpuluh-puluh tahun tertanam di depan sebuah SMA 1 Kudus. Sekolah tua yang sudah cukup ...