Michelle
duduk sendirian di taman belakang sekolah dengan merenung memikirkan sesuatu.
Kebetulan hari ini Michelle lagi tidak ingin pergi ke kantin jadi dia
memutuskan untuk ke taman belakang sekolah. Saat aku sedang merenung, tiba tiba
ada sesuatu yang mengagetkanku.
“Apakah ini
yang selalu kamu kerjakan Michelle Brenda Stephanie?” ucap Sarah dengan nada
seperti mengintimidasi. Namanya Sarah Tammy Anastasya, dia sahabatnya sejak
kelas 1 SMP.
“Apaan?”
ucap Michelle jutek
“Lo
kenapa sih ngurung mulu? Kurang kerjaan banget mending jajan ke kantin sono
atau ke lapangan lihat cogan main bola. Diem mulu kerjaannya” ucap sarah dengan
sangat antusis
“Nggak”
Michelle
berdiri dari duduknya dan langsung pergi meninggalkan sarah untuk menuju ke
kelas.
“Ya
Tuhan, apa salah gue? Berikan kesembuhan pada si dingin Michelle” ucap Sarah dengan nada yang sok dramatis.
Saat berjalan menuju kelas, di sepanjang koridor
sesekali ada yang menyapa Michelle dengan nama “Brenda” sebenarnya dia suka jika ada orang yang memanggilnya dengan nama itu. Saking senengnya Michelle merima
sapaan itu. Tiba tiba
BRUK!
Sesuatu yang keras menabraknya. Michelle langsung
berdiri dan mendongakkan kepala. Semula yang awalnya Michelle ingin marah tapi
tergantikan dengan debaran jantung yang sangat cepat saat melihatnya. Aneh.
Tapi memang seperti itu.
Tanpa Michelle sadari, Steven juga merasakan hal yang
sama saat melihat Michelle. Jantungnya seperti melakukan senam dadakan saat
melihat wajah cantik Michelle yang saat itu seperti kepiting rebus
“Kamu
tidak papa?”
“Aku
tidak papa”
“Kenalkan
namaku Steven Matthew Jonathan. Panggil saja Steven” ucap Steven sambil
mengulurkan tangan pada Michelle
“Michelle
Brenda Stephanie. Panggilan Michelle” ucap Michelle sambil menerima uluran
tangan Steven
Sejak saat itu, entah dorongan darimana Steven akan
menjaga Michelle. Itu janjinya. Begitu juga Michelle, dia akan selalu ada saat
Steven membutuhkannya.
Keduanya seperti memiliki ikatan batin. Yang Michelle
rasakan dia sangat senang sekali bertemu Steven begitu juga sebaliknya.
“Aku ke kelas
dulu ya” ucap Michelle dengan senyum yang melengkung di wajahnya. Padahal
jarang sekali Michelle tersenyum pada seseorang apalagi pada Steven yang baru
saja dia kenal.
‘Hati
hati” ucap Steven sambil tersenyum juga pada Michelle
Michelle berjalan ke kelas dengan senyum yang
mengembang, orang orang sepanjang koridor pun heran mengapa Michelle bisa
senyum seceria itu. Ketika sampai di kelas pun, semuanya tampak bingung tapi
Michelle menganggap itu bodo amat.
“Kenapa
lo senyum senyum sendiri?”
“Gue
lagi seneng Sar” ucap Michelle dengan senang
“Why?
Gue kepo nih, kenapa lo?” ucap Sarah dengan penasaran
“Gue
diajak kenalan sama Steven”
“WHAT?
YANG BENER AJA LO CHEL? LO DIAJAK KENALAN SAMA STEVEN, KETUA BASKET YANG
GANTENGNYA SEANTERO SEKOLAH INI?” ucap Sarah dengan suara toanya. Yang membuat
semua penghuni kelas
“Ngomongnya
gak usah kenceng kenceng napa” bisikku pada Sarah
“Yaya
maafin gue dong Chel, Please!” ucap Sarah seraya memohon
“Hm iya deh
iya” ucap Michelle dengan terpaksa
“Oh ya Chel,
lo nanti pulang sama siapa?”
“Biasa
jemputan mungkin kalo gak naik taksi”
“Gak
mau bareng gue?” ajak Sarah kepada Michelle
“Iya
boleh deh” ucap Michelle dengan anggukan kepala
***
Keesokan
harinya adalah hari dimana kelas XII MIPA 2, kelasnya Michelle mendapat giliran
olahraga. Michelle kadang suka kadang tidak dengan olahraga. Kali ini dia agak
bersemangat daripada hari sebelumnya. Saking semangatnya Michelle tidak
menyadari bahwa ada bola yang akan mengenai kepalanya.
“Michelle awas”
teriak Sarah
Tapi apa boleh
buat, bola sudah menghantam Michelle dan dia langsung pingsan di tempat. Dan
mungkin juga dia terlalu lelah itu yang mengakibatkan dia pingsan dan langsung
dibawa ke UKS oleh petugas PMR
Pada saat yang
sama juga, di dalam kelas Steven juga merasakan sakit seperti apa yang Michelle
rasakan, jantungnya berdetak cepat, keringat dingin bercucuran di tubuhnya.
Sebelumnya Steven pernah merasakan ini. Dia merasakan hal yang saat berkenalan dengan
Michelle waktu itu. Apa yang terjadi
pada Steven? Mengapa dia selalu seperti itu pada Michelle? Dan itu hanya
terjadi kepada Michelle, tidak pada yang lainnya
Steven
sekarang sudah berada di depan pintu UKS, dia langsung masuk. Dia menemukan
Michelle sudah sadar. Di sana dia ditemani oleh Sarah dan Mbak Tina. Sedangkan
Steven langsung duduk di dekat ranjang Michelle di sebelah kiri
“Kau tidak
papa?” suara laki laki itu membuyarkan lamunan Michelle
“Aku tidak papa.
Kamu tahu dari siapa aku disini?” Tanya Michelle dengan nada lemah
“Aku tahu
semua tentangmu, Michelle”
Setelah
mengucapkan itu Steven menatap lekat lekat Michelle. Merasa di tatap Michelle
menoleh dan menemukan Steven yang sedang menatapnya. Sesaat kedua mata mereka
seolah terkunci, baik Steven maupun Michelle tidak ada niatan untuk memutuskan
kontak mata tersebut.
“Kamu bilang
gak apa apa, tapi kenapa ini ada luka di pipi, berdarah lagi?” Tanya Steven
“Gak
ada luka” ucap Michelle meyakinkan
Michelle
menyentuh pipinya dan dia tidak merasakan sakit atau memar sekalipun. Aneh! batin Michelle
Tanpa
aba aba, Steven langsung mengambil kotak P3K dan langsung membersihkan luka di
pipinya Michelle. Saat Steven mengobati lukanya, Michelle memang tidak
merasakan ada memar di pipinya, tapi dia merasa perih.
“Lo apaan
sih? Di pipi Michelle gak ada luka lagi. Kurang kerjaan banget, mending sono lo
keluar aja. Ganggu!” ucap Sarah dengan nada ketus
“Lo yang
ganggu” ucap Steven tanpa menolehkan kepala pada Sarah karena dia sangat fokus mengobati
Michelle
“Selesai”
ucap Steven dengan bangga sambil tersenyum pada Michelle
Setelah meletakkan kotak P3K ke tempat semula, Steven
kembali duduk di sisi ranjang Michelle
Michelle
menatap ke arah Steven, dan Steven juga menatap Michelle dengan sangat lekat
sekali disertai dengan degupan jantung yang sangat cepat. Saat keduanya sama
sama menatap, tiba tiba bola mata Michelle berubah jadi warna ungu.Tubuhnya
memancarkan cahaya yang sangat indah. Bola mata Steven juga berganti warna
menjadi warna hazel. Dia terlihat lebih tampan
“Ashlee
Violetta Maroline”
“Alreed Hazel
Jacqueline”
Keduanya
berucap secara bersamaan.
Tanpa Michelle
dan Steven ketahui, ada satu arwah yang hidup di dalam tubuh keduanya, baik
Michelle ataupun Steven.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar