Rabu, 25 Juli 2018

IMMORTAL


Michelle duduk sendirian di taman belakang sekolah dengan merenung memikirkan sesuatu. Kebetulan hari ini Michelle lagi tidak ingin pergi ke kantin jadi dia memutuskan untuk ke taman belakang sekolah. Saat aku sedang merenung, tiba tiba ada sesuatu yang mengagetkanku.

“Apakah ini yang selalu kamu kerjakan Michelle Brenda Stephanie?” ucap Sarah dengan nada seperti mengintimidasi. Namanya Sarah Tammy Anastasya, dia sahabatnya sejak kelas 1 SMP.
“Apaan?” ucap Michelle jutek
            “Lo kenapa sih ngurung mulu? Kurang kerjaan banget mending jajan ke kantin sono atau ke lapangan lihat cogan main bola. Diem mulu kerjaannya” ucap sarah dengan sangat antusis
            “Nggak”
Michelle berdiri dari duduknya dan langsung pergi meninggalkan sarah untuk menuju ke kelas.
            “Ya Tuhan, apa salah gue? Berikan kesembuhan pada si dingin Michelle” ucap Sarah dengan nada yang sok dramatis.
Saat berjalan menuju kelas, di sepanjang koridor sesekali ada yang menyapa Michelle dengan nama “Brenda” sebenarnya dia suka jika ada orang yang memanggilnya dengan nama itu. Saking senengnya Michelle merima sapaan itu. Tiba tiba
            BRUK!
Sesuatu yang keras menabraknya. Michelle langsung berdiri dan mendongakkan kepala. Semula yang awalnya Michelle ingin marah tapi tergantikan dengan debaran jantung yang sangat cepat saat melihatnya. Aneh. Tapi memang seperti itu.
Tanpa Michelle sadari, Steven juga merasakan hal yang sama saat melihat Michelle. Jantungnya seperti melakukan senam dadakan saat melihat wajah cantik Michelle yang saat itu seperti kepiting rebus
            “Kamu tidak papa?”
            “Aku tidak papa”
            “Kenalkan namaku Steven Matthew Jonathan. Panggil saja Steven” ucap Steven sambil mengulurkan tangan pada Michelle
            “Michelle Brenda Stephanie. Panggilan Michelle” ucap Michelle sambil menerima uluran tangan Steven
Sejak saat itu, entah dorongan darimana Steven akan menjaga Michelle. Itu janjinya. Begitu juga Michelle, dia akan selalu ada saat Steven membutuhkannya.
Keduanya seperti memiliki ikatan batin. Yang Michelle rasakan dia sangat senang sekali bertemu Steven begitu juga sebaliknya.
“Aku ke kelas dulu ya” ucap Michelle dengan senyum yang melengkung di wajahnya. Padahal jarang sekali Michelle tersenyum pada seseorang apalagi pada Steven yang baru saja dia kenal.
            ‘Hati hati” ucap Steven sambil tersenyum juga pada Michelle
Michelle berjalan ke kelas dengan senyum yang mengembang, orang orang sepanjang koridor pun heran mengapa Michelle bisa senyum seceria itu. Ketika sampai di kelas pun, semuanya tampak bingung tapi Michelle menganggap itu bodo amat.
            “Kenapa lo senyum senyum sendiri?”
            “Gue lagi seneng Sar” ucap Michelle dengan senang
            “Why? Gue kepo nih, kenapa lo?” ucap Sarah dengan penasaran
            “Gue diajak kenalan sama Steven”
            “WHAT? YANG BENER AJA LO CHEL? LO DIAJAK KENALAN SAMA STEVEN, KETUA BASKET YANG GANTENGNYA SEANTERO SEKOLAH INI?” ucap Sarah dengan suara toanya. Yang membuat semua penghuni kelas
            “Ngomongnya gak usah kenceng kenceng napa” bisikku pada Sarah
            “Yaya maafin gue dong Chel, Please!” ucap Sarah seraya memohon
“Hm iya deh iya” ucap Michelle dengan terpaksa
“Oh ya Chel, lo nanti pulang sama siapa?”
            “Biasa jemputan mungkin kalo gak naik taksi”
            “Gak mau bareng gue?” ajak Sarah kepada Michelle
            “Iya boleh deh” ucap Michelle dengan anggukan kepala

***
Keesokan harinya adalah hari dimana kelas XII MIPA 2, kelasnya Michelle mendapat giliran olahraga. Michelle kadang suka kadang tidak dengan olahraga. Kali ini dia agak bersemangat daripada hari sebelumnya. Saking semangatnya Michelle tidak menyadari bahwa ada bola yang akan mengenai kepalanya.
“Michelle awas” teriak Sarah
Tapi apa boleh buat, bola sudah menghantam Michelle dan dia langsung pingsan di tempat. Dan mungkin juga dia terlalu lelah itu yang mengakibatkan dia pingsan dan langsung dibawa ke UKS oleh petugas PMR
Pada saat yang sama juga, di dalam kelas Steven juga merasakan sakit seperti apa yang Michelle rasakan, jantungnya berdetak cepat, keringat dingin bercucuran di tubuhnya. Sebelumnya Steven pernah merasakan ini. Dia merasakan hal yang saat berkenalan dengan Michelle waktu itu.  Apa yang terjadi pada Steven? Mengapa dia selalu seperti itu pada Michelle? Dan itu hanya terjadi kepada Michelle, tidak pada yang lainnya
Steven sekarang sudah berada di depan pintu UKS, dia langsung masuk. Dia menemukan Michelle sudah sadar. Di sana dia ditemani oleh Sarah dan Mbak Tina. Sedangkan Steven langsung duduk di dekat ranjang Michelle di sebelah kiri
“Kau tidak papa?” suara laki laki itu membuyarkan lamunan Michelle
“Aku tidak papa. Kamu tahu dari siapa aku disini?” Tanya Michelle dengan nada lemah
“Aku tahu semua tentangmu, Michelle”
Setelah mengucapkan itu Steven menatap lekat lekat Michelle. Merasa di tatap Michelle menoleh dan menemukan Steven yang sedang menatapnya. Sesaat kedua mata mereka seolah terkunci, baik Steven maupun Michelle tidak ada niatan untuk memutuskan kontak mata tersebut.
“Kamu bilang gak apa apa, tapi kenapa ini ada luka di pipi, berdarah lagi?” Tanya Steven
            “Gak ada luka” ucap Michelle meyakinkan
            Michelle menyentuh pipinya dan dia tidak merasakan sakit atau memar sekalipun. Aneh! batin Michelle
            Tanpa aba aba, Steven langsung mengambil kotak P3K dan langsung membersihkan luka di pipinya Michelle. Saat Steven mengobati lukanya, Michelle memang tidak merasakan ada memar di pipinya, tapi dia merasa perih.
            “Lo apaan sih? Di pipi Michelle gak ada luka lagi. Kurang kerjaan banget, mending sono lo keluar aja. Ganggu!” ucap Sarah dengan nada ketus
            “Lo yang ganggu” ucap Steven tanpa menolehkan kepala pada Sarah karena dia sangat fokus mengobati Michelle
            “Selesai” ucap Steven dengan bangga sambil tersenyum pada Michelle
Setelah meletakkan kotak P3K ke tempat semula, Steven kembali duduk di sisi ranjang Michelle
Michelle menatap ke arah Steven, dan Steven juga menatap Michelle dengan sangat lekat sekali disertai dengan degupan jantung yang sangat cepat. Saat keduanya sama sama menatap, tiba tiba bola mata Michelle berubah jadi warna ungu.Tubuhnya memancarkan cahaya yang sangat indah. Bola mata Steven juga berganti warna menjadi warna hazel. Dia terlihat lebih tampan
“Ashlee Violetta Maroline”
“Alreed Hazel Jacqueline”
Keduanya berucap secara bersamaan.
Tanpa Michelle dan Steven ketahui, ada satu arwah yang hidup di dalam tubuh keduanya, baik Michelle ataupun Steven.

A

 Daun-daun kering dari dari sebuah pohon yang telah berpuluh-puluh tahun tertanam di depan sebuah SMA 1 Kudus. Sekolah tua yang sudah cukup ...